Bisnis.com, JAKARTA— Di tengah perlambatan dana pihak ketiga (DPK) industri perbankan, ternyata simpanan masyarakat tetap terimpit saat pengeluaran untuk konsumsi lebih irit.
Himpunan DPK perbankan kembali mengalami perlambatan pada bulan keempat tahun ini. DPK perbankan pada April 2025 melambat ke 4,55% secara tahunan (year-on-year/YoY) dari 5,51% pada awal Januari tahun ini.
Menariknya, secara umum, dari data Hasil Survei Bank Indonesia (BI), pengeluaran masyarakat untuk konsumsi berkurang secara total pada Maret hingga April 2025. Porsi pengeluaran untuk konsumsi masih paling dominan, yakni 74,8% terhadap total pengeluaran pada April 2025 dan turut tipis, 0,5 basis persentase dari 75,3%.
Kelompok pengeluaran Rp3,1 juta hingga Rp4 juta mengalami penurunan paling dalam, -1,1 basis persentase dan diikuti oleh kelompok pengeluaran Rp1 juta hingga Rp2 juta dengan -0,9 basis persentase.
Gelagat penurunan konsumsi turut terlihat dari alokasi pengeluaran untuk cicilan pinjaman yang secara total mencapai 10,5% atau turun -0,3 basis persentase secara bulanan. Satu-satunya kelompok yang masih mengalami pertumbuhan tipis, berasal dari Rp1 juta hingga Rp2 juta sebesar 0,8 basis persentase. Sebaliknya, kelompok nilai pengeluaran lain mengalami penurunan alokasi cicilan pinjaman mulai dari 0,5 hingga 1,7 basis persentase, dipimpin oleh kelompok pengeluaran lebih dari Rp5 juta per bulan.
Kemudian, berdasarkan data distribusi simpanan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), secara tahun berjalan simpanan dengan tiering nominal di bawah Rp100 juta menurun sebesar 0,7% senilai total Rp1.009,03 triliun.
Apabila diperinci, simpanan nominal terbawah tercatat -3% dalam jangka waktu satu bulan. Lalu, nominal Rp500 juta–Rp1 miliar, Rp200 juta–Rp500 juta, Rp100 juta–Rp200 juta, dan nominal kurang dari Rp100 juta masing-masing sebesar -0,3% hingga -0,5%.
Pertumbuhan baru tampak dalam jangka waktu lebih panjang, yakni tumbuh 1,9% dalam tiga bulan, naik 3% dalam enam bulan, dan meningkat 4,3% dalam satu tahun terakhir.
Di sisi lain, kelompok simpanan di atas Rp5 miliar, yang tumbuh positif 4,2% YtD. Nilai simpanan kelompok tertinggi itu mencapai Rp4.912,59 triliun. Kondisi yang sama terjadi pada tiering nominal simpanan Rp1 miliar–Rp2 miliar yang masih mengalami pertumbuhan 0,4% dalam satu bulan, diikuti kelompok Rp2 miliar–Rp 5 miliar yang naik 0,5% dan kelompok lebih dari Rp5 miliar yang naik 0,7%.
Kelompok nominal simpanan tertinggi konsisten bertumbuh positif pada masing-masing jangka waktu. Dalam jangka waktu satu bulan, simpanan nasabah jumbo tumbuh 0,7%, kemudian naik 2,7% dalam tiga bulan, meningkat 4,5% dalam enam bulan, dan terkerek naik 4,7% dalam waktu satu tahun.
LPS pun membeberkan penyebab tren penurunan sebagian besar kelompok nominal simpanan pada April 2025. Menurut Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa libur Idulfitri yang berlangsung pada akhir Maret hingga awal April lalu turut mengerek peningkatan belanja masyarakat.
“Mereka (masyarakat) menghabiskan duit lebaran dan di dua minggu pertama April,” katanya dalam konferensi pers Tingkat Bunga Penjaminan LPS di Jakarta, Selasa (27/5/2025).
Dia lantas menyebut bahwa tren penurunan tabungan masyarakat pada rentang waktu tersebut wajar akibat musim liburan. Purbaya meyakini bahwa tingkat tabungan masyarakat akan naik kembali pada sisa tahun ini, mengingat tren pertumbuhan justru terjadi apabila dilihat dari awal tahun.
“Saya pikir ke depannya akan membaik lagi,” tuturnya.
Adapun secara total, LPS mencatat simpanan nasabah di perbankan mencapai Rp9.075,92 triliun hingga bulan keempat tahun ini, naik 4,3% secara tahunan. Dia pun menilai bahwa perbaikan dana tabungan ini juga akan tergambar pada Indeks Menabung Konsumen (IMK) berikutnya, yakni pada Juli 2025. Seperti diketahui, IMK menyentuh 79 pada Mei 2025, atau melemah 4,4 poin dari bulan sebelumnya.
LPS melaporkan, pelemahan IMK Mei 2025 terjadi di hampir seluruh kelompok pendapatan rumah tangga (RT). Khusus kelompok RT dengan pendapatan di atas Rp7 juta per bulan, IMK masih berada di atas level 100, meski turun 1,1 poin.
Penurunan IMK pada Mei 2025 sejalan dengan penurunan komponen Indeks Waktu Menabung (IWM) sebesar 1,7 poin pada periode yang sama ke 92,9 serta Indeks Intensitas Menabung (IIM) yang turun 7,1 poin ke 65,1.
Selain itu, LPS mencatat Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) Mei 2025 mencapai 99,7 atau turun 3,4 poin secara bulanan yang diikuti dengan penurunan Indeks Ekspektasi (IE) dari 118,9 ke 114,9.
Berbeda dengan pandangan Purbaya, potret pelemahan simpanan nasabah menurut Head of Deposit and Wealth Management UOB Indonesia Vera Margaret bukanlah musiman. Dia menuturkan tren tersebut berkaitan dengan penurunan jumlah masyarakat kelas menengah ke bawah dari sekitar 52 juta orang menjadi sekitar 47 juta orang. Dia turut mempertimbangkan kenaikan pengeluaran untuk konsumsi tak diimbangi dengan penghasilan.
Vera menilai, fenomena penurunan simpanan masyarakat masih akan terjadi sepanjang tahun ini. Hal tersebut terutama terjadi pada simpanan masyarakat kelas menengah.
"Kenapa makan tabungan itu terjadi yaitu karena konsumsi. Contohnya, harga emas untuk investasi naiknya jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan penghasilan sehingga, akhirnya pengeluaran [konsumsi] lebih besar dibandingkan penghasilan dan masyarakat pun akhirnya memakan tabungannya untuk konsumsi," jelas Vera di acara Media Literacy UOB di Jakarta, Selasa (11/3/2025).
Sebelumnya, Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) Bank Indonesia Solikin M. Juhro menuturkan saat ini daya beli masyarakat kelas menengah bawah belum kuat di tengah pendapatan yang menurun sehingga DPK juga ikut turun.
“Kalau ekonomi kuat, pasti orang banyak menabung [tak berebut DPK],” ujarnya dalam Taklimat Media di Gedung Thamrin BI, Senin (26/5/2025).
Untuk itu, bank sentral mengeluarkan kebijakan baru berupa peningkatan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN) dari maksimum 30% menjadi 35% dari modal bank untuk memperluas pendanaan perbankan di luar DPK sehingga bank mampu memenuhi kebutuhan likuiditas guna penyaluran kredit.