Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tarif Trump membuat Indonesia perlu memperluas pasar internasional. Apalagi kontribusi Amerika Serikat terhadap perdagangan Tanah Air tidak terlalu besar, yaitu 17%.
Hal itu juga dikuatkan oleh data Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan publikasinya, ekspor nonmigas ke kawasan Afrika dan Asia Selatan meningkat masing-masing sebesar 12,5% dan 9,3% pada kuartal pertama 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mencatat setidaknya ada 10 organisasi internasional yang menjadi peluang mitra strategis.
Di saat yang sama, Indonesia bisa menyiapkan diri dengan matang karena Presiden AS Donald Trump menunda kebijakan tarif timbal balik.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Soetrisno mengatakan kesempatan Indonesia untuk mengirim barang ke AS terbuka selama 90 hari ke depan, yang diharapkan dapat menjaga kinerja ekspor Tanah Air.
Penundaan kebijakan tarif tinggi akan menguntungkan Indonesia. Salah satu keuntungannya adalah bisa melakukan pengiriman barang dengan tarif 10% terhadap harga cost and freight (CNF) atau eksportir menanggung biaya transportasi barang cargo sampai ke pelabuhan tujuan.
Meski demikian, Benny juga menyebut pemerintah harus tetap mengantisipasi penundaan kebijakan tarif tinggi Trump pasca 90 hari ke depan.
“Kita harus antisipasi setelah 90 hari, berapa kira-kira tarif yang dikenakan [AS] kepada Indonesia,” kepada Bisnis, Kamis (10/4/2025).