Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Adu Jualan Semen SMGR vs INTP, Siapa Penguasa Pangsa Pasar?

Emiten semen SMGR dan INTP masih mendominasi pangsa pasar nasional pada 2024. Siapa penguasanya?

Bisnis.com, JAKARTA Emiten semen SMGR dan INTP masih mendominasi pangsa pasar nasional pada 2024. Kedua emiten ini secara total menguasai sekitar 80% pangsa pasar semen di Tanah Air.

Mengutip riset Mirae Asset Sekuritas Indonesia, yang dirilis Selasa (22/10/2024), penjualan semen pada periode Januari–September 2024 bertumbuh 1,6% secara tahunan (year-on-year/YoY) menjadi 46,04 juta ton.

Pada sembilan bulan pertama 2024 itu, penjualan semen curah meningkat sebesar 10,9% YoY menjadi 14,13 juta ton. Pada saat yang sama, konsumsi semen kantong mengalami kontraksi sebesar 2% YoY menjadi 31,9 juta ton. Alhasil, kontribusi semen curah meningkat menjadi 30,7%.

Kondisi itu antara lain didorong oleh peningkatan permintaan semen di Pulau Jawa yang tumbuh 2,8% YoY menjadi 23,77 juta ton. Angka itu melampaui tingkat pertumbuhan Luar Jawa, yang naik sebesar 0,4% YoY menjadi 22,27 juta ton.

Pada periode itu, emiten semen PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) masih mendominasi pangsa pasar nasional dengan total penjualan mencapai 27,95 juta ton. Realisasi itu turun tipis, 4,3% YoY.

Dengan begitu, pangsa pasar Semen Indonesia tercatat masih mencapai 49,5%, turun 2,2% dibandingkan Januari–September 2023.

Sementara itu, volume penjualan semen PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) mencapai 13,69 juta ton. Catatan itu meningkat 9,5% YoY dengan pangsa pasar INTP mencapai sebesar 29,7% atau naik 2,2% YoY.

Katalis Positif Emiten Semen

Kinerja positif penjualan semen dinilai bakal terus berlanjut baik pada Oktober 2024 maupun dalam jangka panjang. Sederet katalis mendukung prospek tersebut. 

“Kami memperkirakan pertumbuhan volume bulanan dan tahunan yang positif pada Oktober, didukung oleh cuaca yang lebih kering dan percepatan aktivitas konstruksi,” jelas Andreas, analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut—serta dimasukkannya volume Semen Grobogan dalam data Asosiasi Semen Indonesia (ASI)—Andreas mengatakan, pihaknya memperkirakan volume penjualan Oktober akan mencapai sekitar 6,4 juta ton. Dengan begitu, konsumsi semen diperkirakan tumbuh 1,5% YoY dan 7,2% MtM. 

“Peningkatan ini akan didukung oleh semen curah karena penyelesaian proyek infrastruktur dan semen kantong karena dampak yang memudar dari kenaikan harga semen,” jelasnya.

Ilustrasi - Aktivitas bongkar muat semen di pelabuhan./Dok
Ilustrasi - Aktivitas bongkar muat semen di pelabuhan./Dok

Selain proyeksi pertumbuhan pada Oktober, sektor semen dalam jangka panjang diyakini bakal prospektif dengan sederet sentimen. Salah satunya adalah program pemerintahan baru untuk membangun tiga juta unit rumah baru setiap tahun guna mengatasi masalah perumahan nasional.

Yoga Ahmad Gifari, analis Sucor Sekuritas, dalam risetnya menjelaskan, inisiatif pemerintah itu bertujuan untuk membangun dua juta rumah di daerah pedesaan dan satu juta unit hunian di daerah perkotaan setiap tahun. Pembangunan perumahan pedesaan akan diberikan kepada kontraktor menengah, usaha kecil dan menengah (UKM), koperasi, dan badan usaha milik desa (BUMDes). 

Sementara proyek perumahan perkotaan akan terbuka untuk semua kontraktor, baik domestik maupun internasional. 

“Ini tiga kali lebih besar dari program Presiden Jokowi untuk membangun satu juta rumah baru per tahun,” jelas Yoga dalam riset yang dirilis Senin (21/10/2024).

Menurutnya, rencana pemerintah itu dapat meningkatkan permintaan semen lebih lanjut. Dengan asumsi setiap rumah tipe 36 membutuhkan sekitar tiga ton semen, total peningkatan permintaan yang diproyeksikan dari program ambisius pemerintah itu dapat mencapai 6 juta ton dari 2 juta unit hunian.

Angka proyeksi itu mewakili 9,4% dari total penjualan semen pada 2023. “Akibatnya, pembangunan ini dapat menjadi pendorong yang substansial bagi produsen semen, khususnya mereka yang memiliki pangsa pasar yang kuat dan keberadaan yang mapan di Indonesia.”

Namun, Yoga mengingatkan bahwa realisasi program pemerintah itu memerlukan waktu untuk terwujud. Selain itu, kelebihan pasokan yang sedang berlangsung di industri semen Indonesia menghadirkan risiko signifikan bagi harga penjualan rata-rata (average selling price/ASP).

Ilustrasi - Produk semen kantong./Dok
Ilustrasi - Produk semen kantong./Dok

Musababnya, pemain utama di industri merespons dengan meluncurkan merek lapis kedua (merek pesaing) untuk bersaing dengan pemain semen yang lebih kecil. Manuver strategis itu bertujuan untuk mempertahankan pangsa pasar, tetapi dapat menyebabkan penurunan harga jual rata-rata dan menekan margin. 

“Namun, dalam jangka panjang, kami melihat strategi merek pesaing ini dapat memaksa pemain lapis kedua untuk lebih fokus pada kualitas dan dapat menaikkan harga,” jelas Yoga.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Infografik Lainnya

Berita Terkini Lainnya

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper