Bisnis.com, JAKARTA -- Investasi emas menjadi salah satu instrumen primadona pada tahun ini. Nah, lebih untung nabung saham emiten emas, beli emas fisik, beli emas online, atau emas berjangka ya?
analis Asia Trade Point Futures Deddy Yusuf Siregar berpendapat, investasi emas masih menjanjikan sepanjang 2019 karena Fed yang mengurangi keagresifannya dalam siklus kenaikan suku bunga.
Ketidakpastian politik dan potensi perlambatan pertumbuhan global juga memicu peningkatan permintaan emas.
Di sisi lain, Perencana Keuangan dari ZAP Finance Prita Hapsari Ghozie mengatakan, sebagai komoditas, harga emas tentunya ditentukan oleh faktor permintaan dan suplai. Selain itu, investor turut mempertimbangkan nilai tukar mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS.
“Sehingga bisa saja ketiga harga emas naik, tetapi rupiah juga menguat, maka harga emas akan sama saja bagi investor,” imbuhnya.
Berdasarkan laporan World Economic Outlook (WEO) Januari 2019, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan PDB ekonomi global akan tumbuh 3,5% pada 2019 dan 3,6% pada 2020.
Angka tersebut lebih rendah masing-masing 0,2% dan 0,1% dari WEO Oktober 2018. Pertumbuhan tersebut juga lebih lambat dibandingkan dengan estimasi pertumbuhan ekonomi pada 2018 sebesar 3,7%.
Ada berbagai macam bentuk investasi emas, yang bisa dikategorikan menjadi tiga ragam, yakni emas fisik, emas platform, dan emas berjangka. Berikut ulasannya masing-masing.
1. Emas Fisik
Ada dua produk emas fisik yang paling umum dikenal masyarakat, yakni emas Antam dan UBS. Keduanya memiliki produk paling kecil sebesar 0,5 gram dengan harga sekitar Rp360.000.
Menurut Deddy, emas fisik cocok untuk investor dengan tipe konservatif. Harganya terbilang menarik walaupun rupiah volatilitasnya cukup tinggi terhadap dolar AS. Sebagai informasi, jika rupiah menguat, sentimen ini dapat menekan harga emas fisik.
Ada kemungkinan harga emas Antam pada 2019 mencapai level Rp700.000 per gram. Hal ini bisa terjadi jika harga emas global mendekati posisi US$1.400 per troy ounce, dan rupiah tergelincir ke Rp14.500 per dolar AS.
Dia menyarankan agar saat ini investor emas fisik mengambil posisi hold sambil mencermati perkembangan perang dagang AS-China. Adapun, bagi yang sudah memiliki posisi, sebaiknya tahan saja.
Wahyu menuturkan, emas fisik memiliki imbal hasil yang tidak terlalu besar, sehingga investor disarankan menjadikannya sebagai tabungan atau investasi jangka panjang. Per tahun, potensi return berkisar 5%-10%.
“Jadi, ada baiknya investasi emas fisik juga jangka panjang 5 tahun—10 tahun,” tuturnya.
Adapun, tantangan berinvestasi emas fisik adalah persoalan penyimpanan. Bila menaruh di bank, misalnya, akan ada biaya bulanan yang harus dibayar investor.
Sebagai sarana investasi, masyarakat sudah menyadari lebih baik membeli emas batangan dibandingkan perhiasan, karena fluktuasi harga perhiasan yang tidak terlalu besar. Selain itu, harga perhiasan turut memperhitungkan biaya pembentukan aksesori.
2. EMAS PLATFORM
Secara umum, emas platform sama dengan emas fisik yang memperjualbelikan emas Antam atau UBS. Namun, proses jual-beli dilakukan secara mudah karena melalui platform online seperti BukaEmas, Tamasia, dan lain-lain.
Investment Solution Manager Bukalapak Abdul Hafiz Asri menyampaikan, BukaEmas memberikan peluang bagi investor, khususnya di tingkat pemula, untuk memiliki emas Antam. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp100, dan dapat dicetak ke bentuk fisik setelah mencapai ukuran 1 gram.
Selain harga yang terjangkau, kelebihan emas platform ialah biaya simpan gratis dan lokasi penjualan yang dapat dijangkau seluruh masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, produk ini diharapkan dapat menjangkau investor pemula.
Investor juga dapat memantau pergerakan harga secara realtime. Sarannya, pembelian dapat dilakukan pada awal tahun, sehingga pada penghujung 2019 investor dapat melakukan profit-taking.
Perusahaan pelat merah yang bergerak di bidang pergadaian yaitu PT Pegadaian (Persero) pun tak ketinggalan untuk mengembangkan saluran digital marketing guna mempromosikan dan memasarkan produk tabungan emas.
Belum lama ini, Pegadaian telah menjalin kerja sama dengan salah satu marketplace terbesar di Indonesia yaitu Tokopedia untuk menghadirkan fitur tabungan emas online.
Selain itu, Pegadaian juga secara mandiri mengembangkan saluran digital untuk mempermudah pemasaran produk dan layanan kepada para nasabahnya.
Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian Harianto Widodo menjelaskan, produk tabungan emas yang ditawarkan Pegadaian ialah layanan pembelian dan penjualan emas dengan fasilitas titipan dengan harga yang terjangkau. Layanan ini memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk berinvestasi emas.
3. Emas Berjangka
Emas berjangka menjadi produk investasi dengan tingkat kesulitan yang cukup tinggi, karena risikonya lebih besar, tetapi potensi keuntungan juga lebih jumbo.
“Ada istilah emas berjangka itu sky is the limit. Karena itu, sangat penting mempelajari, terutama risikonya,” ungkap Wahyu.
Strategi yang diterapkan dalam berinvestasi emas berjangka pun fleksibel, bisa konservatif, medium, atau agresif. Yang jelas, investor harus didampingi ahli atau trader berpengalaman, sehingga memiliki dasar pengetahuan fundamental dan teknikal yang cukup.
Untuk berinvestasi emas berjangka, investor dapat membeli akun mini dengan harga mulai dari Rp10 juta. Adapun, akun regular minimal dibanderol mulai dari Rp100 juta.
Manisnya potensi pasar untuk emas berjangka pun menarik minat Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) atau Jakarta Future Exchange (JFX) untuk meluncurkan kontrak emas syariah.
Direktur Utama JFX Stephanus Paulus Lumintang mengatakan pihaknya tengah menunggu izin dari Bappebti untuk memperdagangkan kontrak emas syariaah. Diharapkan pada saat momentum bulan Ramadan tahun ini kontrak emas syariah sudah dapat diluncurkan.
Menurutnya, diversifikasi produk dilakukan untuk menjaring lebih banyak investor dan meningkatkan transaksi dengan menargetkan pada investor dari kalangan masyarakat menengah dan menyasar investor yang ingin berinvestasi secara syariah.
Adapun, dari segi ukuran, JFX akan mengeluarkan kontrak dengan ukuran terkecil 0,01 gram dan akan tersedia dalam bentuk fisik. Adapun, produk itu nantinya juga akan diperdagangkan oleh seluruh pialang yang tergabung di JFX.
“Ada probabilitas kemungkinan bisa sekitar 1 juta nasabah yang masuk. Dengan hitungan rata-rata setiap nasabah membeli 10 gram, itu sama dengan 10.000 ton. Namun, tidak semuanya dalam bentuk emas fisik, karena investor pun mencari kesempatan di tengah fluktuasi harga,” ujarnya.
Secara umum, investasi emas dinilai para analis lebih menguntungkan dibandingkan dengan hanya menyimpan uang tunai. Jadi, investasi emas apa yang Anda pilih?